Indonesia
telah memiliki pabrik pesawat sejak tahun 1976 yang terletak di
Bandung, Jawa Barat. Di bawah bendera PT Dirgantara Indonesia (Persero),
Indonesia mampu memproduksi berbagai tipe pesawat dan helikopter.
Untuk
membuat pesawat dan helikopter tersebut, Dirgantara Indonesia
menggandeng berbagai perusahaan pesawat dan helikopter kelas dunia
seperti Cassa (sekarang Airbus Military), Eurocopter dan Bell Textron.
Mau tahu pesawat dan helikopter yang diproduksi di Indonesia? Berikut hasil penelusuran detikFinance, Rabu (29/5/2013).
1. Pesawat Tipe NC 212
Dirgantara
Indonesia telah memproduksi pesawat tipe NC 212-200 dan C 212-400.
Untuk tipe NC 212-200, merupakan pesawat berukuran kecil.
Pesawat
ini, bisa digunakan untuk keperluan komersial, angkut personil militer,
kargo, misi khusus hingga transpotasi VIP. Untuk versi sipil
penerbangan sipil, pesawat ini bisa dipasang 24 kursi penumpang. Pesawat
baling-baling ini, menggunakan mesin turboprop.
2. Pesawat CN 235
Pesawat
produksi Bandung lainnya adalah CN 235 versi 220 MPA dan 220 M. Untuk
varian CN 235-200M, pesawat tipe ini bisa mengangkut 40 penumpang sipil
atau 49 tentara untuk keperluan pesawat angkut militer.
Bahkan
dengan lebar kabin pesawat 2,32 meter, CN 235 mampu mengangkut mobil
ringan. Sementara untuk tipe CN 235-220 MPA, biasa digunakan untuk
pesawat patroli pantai dan pesawat intai. Bahkan pesawat ini, telah
digunakan oleh Korea Selatan sebagai pesawat patroli penjaga pantai.
3. Pesawat CN 295
Pesawat
generasi terbaru karya Dirgantara Indonesia dan Airbus Military ini,
merupakan pengembangan pesawat CN 235. Pesawat ini, berfungsi untuk
keperluan patroli udara, angkut personil, pasukan, kargo, evakuasi
korban, serta mempunyai kemampuan menurunkan logistik dari udara.
Pesawat
ini, menggunakan mesin turboprop Pratt & Whitney PW 27 G Kanada. CN
295 ini, mulai banyak dilirik oleh negara ASEAN. Saat ini, Dirgantara
Indonesia sedang menawarkan pesawat CN 295, CN 235, NC 212 ke 6 negara
Asia Tenggara dengan tema ASEAN Roadshow.
4. Pesawat N 250
Pesawat
N 250 merupakan pesawat asli karya putra putri bangsa. Pesawat
penumpang baling-baling ini diproduksi dan diciptakan oleh Dirgantara
Indonesia. Pesawat yang dirancang dalam 4 varian ini harus terhenti
proyeknya di varian prototype 2.
Saat ini, pesawat N 250 yang berkapasitas 50 penumpang dan 70 penumpang terpajang pada apron milik
Dirgantara
Indonesia di Bandung, Jawa Barat. Setidaknya diperlukan dana US$ 1
miliar agar pesawat ini, bisa bangkit dan diproduksi massal kembali.
5. Pesawat N 219
Dirgantara
Indonesia sedang mengembangkan pesawat asli karyanya. Menggandeng BPPT
(Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Dirgantara Indonesia
mengembangkan pesawat penumpang dan kargo tipe kecil, N 219.
Pesawat
ini direncanakan bisa diperkenalkan kepada publik tahun 2015. Pesawat
berbadan kecil dan berkapasitas 19 orang ini nantinya bisa difungsikan
untuk melayani daerah pedalaman dan pelosok Indonesia yang sulit
dimasuki pesawat berbadan lebar.
6. Pesawat Tanpa Awak Puna Wulung
Dirgantara
Indonesia berencana memproduksi varian pesawat tanpa awak atau Pesawat
Udara Nir Awak (PUNA) Wulung di Bandung, Jawa Barat.
Dirgantara
Indonesia akan menyempurnakan dan mensertifikasi pesawat yang telah
dikembangkan oleh BPPT sejak tahun 2004 ini. Pesawat ini, nantinya bisa
dimanfaatkan untuk keperluan pengintaian dan mata-mata. Bahkan varian
pertama untuk PUNA Wulung, bisa terbang hingga radius 200 km dari pusat
peluncuran.
7. Helikopter Bell
Dirgantara Indonesia
menggandeng produsen helikopter dunia Bell Textron memproduksi
helikopter tipe 412 EP. Dirancang untuk dua misi yakni militer dan
sipil, helikopter ini telah digunakan berbagai institusi dan perusahaan.
Varian
sipil, BELL 412 bisa difungsikan untuk angkut penumpang, angkut VVIP,
ambulan udara dan pemadam kebakaran. Helikopter ukuran medium ini mampu
mengangkut hingga 2 pilot dan 13 penumpang.
8. Super Puma
Dirgantara
Indonesia mampu memproduksi helikopter berukuran besar tipe NAS 332
Super Puma. Menggadeng Eurocopter, Super Puma bisa digunakan untuk
keperluan militer dan sipil.
Helikopter ini, mampu mengangkut 2
pilot dan 22 penumpang. Dirgantara Indonesia bersama Eurocopter,
berhasil mengembangkan helikopter NAS 332 Super Puma varian terbaru
menjadi Super Puma Cougar EC 725 untuk keperluan militer dan Super Puma
EC 225 untuk keperluan sipil.
Vietnam ternyata telah memesan lima CN-295 dari Airbus Military, namun kemudian dikurangi menjadi tiga (photo : Kaskus Militer)
NAY
PYI TAY - PT Dirgantara Indonesia berharap, pesanan Vietnam terhadap
tiga unit pesawat jenis CN-295 dari Airbus Military, dapat dikerjakan
oleh PT Dirgantara Indonesia.
Langkah ini juga akan menguntungkan Vietnam.
"Vietnam
telah memesan lima unit CN-295 dari Airbus Military, namun belakangan
dikurangi jadi tiga. Sampai sekarang pesanan itu belum dikerjakan oleh
Airbus Military," kata Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia, Budiman
Saleh, Selasa (28/5/2013) di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Budiman
menjadi salah satu anggota rombongan road show CN 295 yang dipimpin
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke enam negara Asean.
Setelah kemarin di Vietnam, hari ini rombongan berada di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Ketika
bertemu dengan Sjafrie pada Senin (27/5/2013) di Hanoi, Vietnam,
Menteri Pertahanan Vietnam Jenderal Phung Quang Thanh, menyatakan,
negaranya membutuhkan pesawat terbang yang mampu menerjunkan pasukan,
mengangkut pasukan, punya daya angkut maksimal 10 ton, dan memiliki
pintu di bagian belakang.
Secara eksplisit, Phung Quang lalu
menyatakan ketertarikannya dengan CN-295 yang memenuhi kualifikasi
pesawat yang dibutuhkan negaranya tersebut.
Menurut Budiman,
pengalihan produksi pesawat CN-295 pesanan Vietnam dari Airbus Military
ke PT Dirgantara Indonesia amat dimungkinkan karena sudah ada kolaborasi
antara Airbus Military dan PT Dirgantara Indonesia untuk memproduksi
pesawat tersebut.
Indonesia juga ditunjuk sebagai main dealer pesawat itu untuk kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.
Ada sejumlah keuntungan bagi Indonesia dan Vietnam jika pesawat itu diproduksi di PT Dirgantara Indonesia.
"Jika
dibuat di Indonesia, 50 persen dari komponen pesawat tersebut, yaitu
bagian sayap, dibuat di Indonesia. Untuk Vietnam, mereka juga akan
dimudahkan dalam pemeliharaan karena kami punya pusat pemeliharaan
CN-295 di Bandung. Jika ada kebutuhan suku cadang, hanya butuh waktu
sekitar empat jam untuk mengirimkannya ke Vietnam," jelas Budiman.